Posted by : Lukman Khakim Jumat, 24 Mei 2013


Kami sedang mengiringi sebuah jenazah di Baqi Gharqad (sebuah tempat pemakaman di Madinah), lalu datanglah Rasulullah saw menghampiri kami. Beliau segera duduk dan kami pun ikut duduk di sekeliling beliau yang ketika itu memegang tongkat kecil. Beliau menundukkan kepalanya dan mulailah membuat  goresan-goresan kecil di tanah dengan tonkatnya itu kemudian beliau bersabda:
"Tidak ada seorang pun dari kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang hidup kecuali telah Allah tuliskan kedudukannya di dalam surga ataukah di dalam neraka serta apakah ia sebagai seorang yang sengsara ataukah sebagai seorang yang bahagia."
Lalu, seseorang lelaki tiba-tiba bertanya " Wahai Rasulullah! Kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita berserah diri kepada takdir dan meninggalkan amal ibadah?"
Rasulullah sawa bersabda " Barang siapa yang telah ditentukan sebagai seorang yang bahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang yang sengsara". Kemudian beliau melanjutkan sabdanya " Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang yann berbahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang yang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang yann sengsara, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang yang sengsara". Kemudian beliau membacakan ayat berikut ini 
Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertaqwa, dan membebarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kamikelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup,. serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar (QS Al lail [92] : 5-10)
(Shahih Muslim No.4786) 

Sering kita mendengar ketika seseorang dinasehati orang lain untuk berbuat baik, orang tersebut akan menjawab "Ah saya belum siap, mungkin belum dapat hidayah". Atau seseorang yang sudah berbuat jahat bilang " semua sudah diatur oleh Allah, jadi jika saya jadi maling maka itu sudah diatur sama Allah". 

Orang-orang justeru menunggu mendapat hidayah dari Allah untuk melakukan perbaikan ke arah yang benar. Orang-orang justeru dengan sangat mudah mengkambinghitamkan Allah ketika melakukan kejahatan, semudah itukah? Orang-orang justeru tidak mau berubah dan nyaman dengan kejahatannya walaupun sebenarnya di dalam hatinya berharap akan ada hidayah datang mengubah hidupnya. Apakah benar yang mereka lakukan? Tentu tidak, dalam hadist di atas dijelaskan bahwa orang-orang sebenarnya sudah digariskan taqdirnya untuk menjadi orang baik otau orang jahat, tetapi bukan berarti kita lepas diri dan hanya pasrah kepada keadaan toh sudah ada hasilnya. Orang-orang baik perilakunya akan mengarah kepada amalan-amalan selayaknya orang baik, begitu juga sebaliknya orang jahat akan berbuat sebagaimana mestinya orang jahat. Karena kita tidak tahu dan tidak akan pernah tahu apa yang telah Allah gariskan untuk kita, maka apa salahnya jika kita berbuat baik selayaknya orang-orang baik dan berbahagia lakukan, dengan begitu kita akan mengarah menjadi orang-orang yang baik dan berbahagia dunia dan akhirat. Tentu kita berharap menjadi orang-orang yang Allah gariskan untuk tinggal di surganya. Dan sekarang yang bisa kita lakukan adalah usaha.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Mengenai Saya

Foto saya
jakarta, jakarta, Indonesia
saya bukan tukang parkir. sumpah bang saya bukan tukang parkir, sehingga saya tidak pandai memparkir hati seseorang dan meletakannya di tempat yang benar.

Cari Blog Ini

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © Pemali -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -