Posted by : Lukman Khakim Sabtu, 20 April 2013


Tidakkah kau berpikir kalau waktu sekarang berjalan lebih cepat? Sepererti jarum jam saling berlomba berputar terus dan terus, berlomba dengan sesama jarum penunjuk waktu,  berusaha mencapai garis finish terlebih dulu. Dan kau tau bahwa jam itu berwujud lingkaran, tetapi mungkin mereka tidak tau kalau jam itu berwujud lingkaran. Dengan penuh semangat, jarum jarum tersebut memacu tenaga maksimalnya untuk sesegera mungkin menyelesaikan tugasnya. Tanpa tau kalau sebenarnya tidak ada garis finish seperti yang mereka pikirkan. Dengan optimisme yang tinggi mereka melalui angka demi angka, dari 1, 2, 3,... sampai 12, dan diulangi lagi dari 1, 2, 3,... sampai 12, begitu seterusnya. Mereka pikir setelah menyelesaikan beberapa putaran tertentu yang telah digariskan oleh Yang Maha Mengatur, mereka kemudian bisa beristirahat menikmati hari tua mereka dengan dana-dana pensiunan yang lebih dari cukup untuk sekedar menikmati hari-hari tua hingga ajal kemudian menghentikannya.

Itu satu-satunya alasan mengapa mereka berlomba-lomba meacu kecepatan maksimal mereka dalam menjalankan kewajibanya sebagai penanda waktu. Implikasi nyata dari perseteruan mereka adalah sangat kita rasakan, sangat kita nikmati, ratapi, dan hayati. Kau ingin tau apa buktinya? Hey, jangan bercanda, pasti kau sehari-hari juga bercengkrama dengan fenomena ini. Lihat apa yang seorang anak katakan sehabis seharian bermain di depan laptop dengan dunia gamenya? Apa yang seorang ibu katakan setelah seharian ngerumpi dengan geng antar RTnya atau geng arisan rutin warga atau yang lebih greget lagi dengan geng-geng pengajian mereka di majelis ta’lim? Apa yang mereka atau saya sebut saja kau katakan setelah seharian menatapi smartphonemu mengotak-atik ini itu, menambah ini itu, memainkan game ini itu, atau hanya sekedar seharian memandangi beranda facebook menunggu pesan atau komenmu dibales sama doi? Bolak-balik membuka tutup kunci layar hand phone melihat sisi pojok atas apakah ada gambar amplop atau tidak. belum cukupkah contoh-contoh di atas? Ok fine saya tambahkan karena saya emang orang baik. pikirkan saja, cukup pikirkan saja, lihat, apa yang kalian termasuk saya pikirkan setelah seharian bergelut dengan hobi kita, bermain gitar, membaca, atau asyiknya membicarakan kejelekan orang lain? Saya bilang cukup pikirkan saja jangan kau ucapkan.

Saya yakin kau setuju bahwa jawaban dari mereka-mereka yang telah saya sebutkan di atas adalah sama. Yaa, mereka akan sepontan menjawab “perasaan waktu itu cepet banget ya, baru aja tadi pagi gue bangun pagi nyalain laptop, eh sekarang udah malem”. Atau mungkin kau akan menemukan jawaban “ini udah malem? Yaa ampun, keasyikan main gitar gue lupa ngerjain makalah buat dikirim malem ini. Mana deadline setengah jam lagi dan makalah harus 10 lembar no copas. Wailaa, cabut nyawakuuu”. Atau yang lebih parah kau akan tersenyum melihat jawaban bocah cilik ini dengan polosnya menjawab “mama mama, ini udah maghrib lho kok mama dari siang ngobrol terus sama tante, ngomongin apa si? Kata papa kan kalo udah adzan suruh ke mesjid sholat bareng-bareng sama tetangga. “. Ibu paruh baya itu pun menjawab dengan logat jawa kenthelnya dan suara yang bersahaja menggelegar bahakan mengalahkan nyaringnya suara adzan, “Hussh, ssssttt,, diem anak kecil, pengin tau urusan orang tua aja. Sholat kan bisa nanti, kan waktunya masih ada. Ini mama lagi asyik ngobrol hal penting sama tante”.

Walaupun berbeda-beda masalah mereka tetap sama. Mereka merasakan waktu itu berjalan menjadi lebih cepat akhir-akhir ini. Tak usah saya bilang mereka, kita pun sama merasakan hal yang demikian. Akuilah jangan munafik kau. Saat kesibukan atau keasyikan kita sedang pada puncaknya, seolah mereka, jarum-jarum penunjuk waktu, menyadari kelengahan kita dan bekerja lebih cepat. Akupun setuju dengan pendapat mereka.

Baru saja saya melihat acara pas mantab di TV, dan disitu bintang tamunya juwita bahar. Dia mengatakan sudah dilamar seseorang dan akan menikah. Terus apa hubunganya dengan waktu? Jelas ada hubungannya, dia baru berusia 17 tahun dan sudah sedang memikirkan sebuah rencana untuk membangun sebuah rumah tangga. Tadi sore saya juga melihat berita tentang eyang subur yang menampakkan wajahnya di layar televisi untuk pertama kali dan beliau mengucapkan statement-statement pembelaan. Hubungannya dengan waktu adalah dia sudah tua. Kemarin saya juga ketemu kucing jantan dewasa di depan pintu kontrakan saat sedang makan siang. Hubungannya dengan waktu adalah kucing disebut dewasa jika sudah melewati usia tertentu yang itu adalah hanya beberapa persen saja dari usia dewasa manusia. Dan satu lagi kawan, hampir tiap hari anak-anak tetangga kontrakan saya berinteraksi dengan saya. Tidak jarang mereka main masuk ke kontrakan. Mereka baru berusia 5 tahunan.

Yang ingin saya katakan disini adalah tentang waktu. Tentang kecurangan aparat penentu waktu atau dalam hal ini jarum-jarum jam itu melaksanakan tugasnya. Tentang berhasilnya proses pemuaian waktu di pikiran kita. Lihat, betapa cepatnya juwita bahar sudah memikirkan masalah pernikahan, sedangkan saya di sini sedang memikirkan masalah makan malam nanti mau di warteg mana. Betapa cepatnya waktu bergulir hingga eyang subur sudah menjadi tua dan masih saja semangat memperjuangkan keyakinannya. Lihat, betapa cepatnya seekor kucing sudah menjadi dewasa padahal kemarin sore dia sedang bermain bersama ibunya dan masih minum susu dari induknya. Dan lihat betapa cepatnya waktu bergulir di depan mata kita sehingga generasi-generasi baru sudah bermunculan seperti anak-anak tetangga kontrakan saya itu. Dan kelak mereka juga berpikir betapa cepat waktu bergulir sehingga masa-masa kanak-kanak mereka sudah hilang, berganti dengan masa-masa dewasa yang penuh dengan lika-liku kehidupan. Betapa cepat waktu itu berhasil menipu kita sehingga kita tidak melakukan apa-apa di saat waktu semakin kencang berlari menertawai kita.

Jika tidak ada yang bisa disalahkan dari kecurangan para jarum-jarum jam itu, maka satu-satunya yang bisa disalahkan adalah kita sebagai manusia yang mengkonsumsi waktu tanpa henti. Pertanyaan terbesar yang ingin saya tanyakan kepada diri saya sendiri adalah, apa yang telah kau lakukan saat waktu itu terus bergerak? Apa yang telah kau berikan pada dirimu, orang lain, lingkungan, dan kepada Tuhan ketika waktu tak henti terus berlari? Salah apa yang telah kau perbuat sehingga kemudian kau tersadar penuh penyesalan saat waktu, sekali lagi, tak pernah lelah untuk berpindah? Dan apa yang telah kau rencanakan untuk mengisi waktu beberapa waktu ke depan yang tentunya kau tahu bahwa besok waktu itu akan semakin gila berlari di jalan bebas hambatan, ? jawab jika kau ingin menjawabnya.

Waktu, kita, mereka, dimensi tempat kita berpijak, itu semua mutlaq milik Alloh, jadi satu-satunya kegiatan yang harus kita laksanakan adalah berbuat baik kepada Sang Pemilik Segalanya. Menurut saya caranya adalah dengan melaksanakan kewajiban kita sesuai kodrat kita, dengan tulus ikhlas dan tanpa keluar dari jalan yang semestinya. Kalau tidak begitu maka kau sudah tahu jawabanya, suatu hari kau akan menyesal karena menyia-nyiakan waktu dan tidak berpikir ketika kau menghambur-hamburkanya. Dan saat itu aku, kau, dan seekor kucing pun tau apa yang sedang terjadi . waktu semakin jauh meninggalkanmu bersama dengan kesalahanmu. Dunia terlalu jauh untuk kau kejar bahkan hanya untuk kau berlari di sampingnya. Kau semakin tenggelam, tenggelam, dan hanyut pada dimensimu sendiri. Jadi sudah jelas kawan, hargai waktumu.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Mengenai Saya

Foto saya
jakarta, jakarta, Indonesia
saya bukan tukang parkir. sumpah bang saya bukan tukang parkir, sehingga saya tidak pandai memparkir hati seseorang dan meletakannya di tempat yang benar.

Cari Blog Ini

Welcome to My Blog

Popular Post

- Copyright © Pemali -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -