Posted by : Lukman Khakim
Senin, 01 April 2013
TRANSISI DEMOGRAFI
|
LUKMAN KHAKIM
|
IG/22/12.7226
|
BAB 1
PENDAHULUAN
Transisi demografi adalah
sebuah konsep yang dikembangkan oleh para demografer terdahulu untuk melakukan
pendekatan atau melakukan analisis terhadap fenomena pertumbuhan penduduk yang
memang sangat menarik sekali untuk dikaji. Pertumbuhan penduduk dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor alami dan faktor dari luar. Faktor alamiah
terjadinya suatu perubahan jumlah penduduk adalah kelahiran (fertilitas), dan kematian
(mortalitas), sedagkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi laju
pertumbuhan penduduk adalah faktor yang berasal dari luar seperti perpindahan
penduduk (mobilitas), pertumbuhan ekonomi, gaya hidup, bencana alam dan
lain-lain. Dikatakan sebuah hal yang menarik untuk dipelajari karena
pertumbuhan penduduk memberikan suatu pola tertentu yaitu dari awal tahun
masehi sampai saat ini. Mungkin itu yang menimbulkan suatu kegelisahan pada
pikiran demografer-demografer pada masa lalu untuk meneliti apakah yang
menyebabkan perubahan karakteristik penduduk dari waktu ke waktu. Transisi
demografi meneliti apakah hal-hal yang mempngaruhi fenomena pertumbuhan penduduk
tersebut.
Yang menarik adalah pola
yang tidak linear pada pertumbuhan jumlah penduduk dunia. Hingga pada akhirnya
Malthus menyimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah penduduk itu dianalogikan seperti
deret ukur, sedangkan pertambahan bahan pangan berkembang menurut deret hitung.
Para ahli demografi pada awalnya memproyeksikan bahwa pertumbuhan penduduk akan
terjadi terus-menerus sehingga akan ada waktunya ketika manusia jumlahnya akan
mencapai tigkat puncak sehingga sudah tidak ada ruang untuk bergerak lagi.
Higga pada akhirnya disadari bahwa kesalahan dari pandangan tersebut adalah
mereka tidak memperkirakan adanya perkembangan ekonomi modern yang bisa
menanggulangi hal buruk tersebut terjadi.
Pendekatan trasisi
demografi terus dikembangkan oleh para demografer-demografer pada masa itu.
Beberapa dari mereka yang akan dibahas teorinya pada kesempatan penulisan essay
ini adalah Notestein (1945-1953), Blacker (1947), Coale (1976-1989), Teitelbum
(1975), dan Caldwell (1976). Masing-masing dari mereka melakukan dengan
pendekatan dan sudut pandang berbeda.
BAB 2
PEMBAHASAN
Konsep transisi demografi
pada dasarnya meneliti tentang sebab mengapa hampir setiap negara baik negara
berkembang maupun negara maju sama-sama melewati fase yang hampir sama yaitu:
1. Kelahiran dan kematian tinggi
2. Kelahiran masih tinggi, dan angka
kematian turun
3. Angka kematian dan angka kelahiran
sama-sama turun dan mencapai pada angka yang rendah, dan kemudian stabil.
Walaupu Blacker mengajukan bahwa
tahapan ini dibagi menjadi 5 tahap, tetapi pada dasarnya sama.
Sebelum membahas tentang
teori transisi demografi seperti di
atas, dibahas dahulu tentang sedikit sejarah tentang riwayat
perkembangan jumlah
penduduk di duia dari masa ke masa. Pada awalnya, yaitu pada awal tahun
masehi jumlah penduduk di dunia
diperkirakan sekitar 250 juta penduduk dengan angka pertumbuhan penduduk hanya
sekitar 0,04% per tahun. Kehidupan pada zaman ini masih terbilang sangat
sederhana. Belum tercipta dunia perindustrian dan pola hidup juga masih sangat
sederhana dilihat dari segi kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya.
Angka kelahiran
pada saat itu tinggi dibarengi dengan tingginya angka kematian. Laju pertumbuhan
penduduk yang sangat rendah ini bertahan hingga berabad-abad lamanya. Hingga
terjadi revolusi industri yang terjadi sekitar tahun 1750 yang menyebabkan
lonjakan jumlah peduduk yang cukup signifikan. Jumlah penduduk saat itu
mencapai sekitar angka 790 juta jiwa penduduk.
Pada abad berikutnya dampak dari revolusi industri mulai terasa.
Revolusi industri tentu sangat berhubungan erat dengan kemajuan teknologi dalam
berbagai bidang yang mendukukung terjadinya perbaikan kualitas taraf hidup
manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa melahirkan
inovasi-inovasi baru dalam sejarah hidup manusia. Pada abad 19 ditemukannya
obat-obatan seperti penicilin dan ditemukannya inovasi-inovasi dalam dunia
kesehatan yang secara simultan akan mempengaruhi angka kematian manusia pada
waktu itu. Angka kematian turun drastis tetapi tidak dibarengi dengan turunnya
angka kelahiran atau fertilitas. Akibatnya adalah terjadi lonjakan jumlah
penduduk dunia yang lebih signifikan pada waktu tersebut. Terlebih dengan
berkembangnya sarana transportasi yang awalnya hanya untuk keperluan dagang
beralih fungsi menjadi sarana transportasi untuk melakukan perpindahan penduduk
dan untuk dilakukannya distribusi barang-barang dari suatu penjuru dunia ke
tempat lainya. Dunia semakin maju, semakin terasa sempit dengan dibarengi
dengan jumlah penduduk dunia yang kian membanyak dari waktu ke waktu. Pada
tahun 1900an jumlah penduduk dunia sudah mencapai angka sekitar 1,7 milyar
jiwa. Bukan hanya jumlah penduduk yang meningkat secara terus menerus tetapi
juga laju pertumbuhanya juga terus meningkat. Jadi jika dilihat pertumbuhan
penduduk mengalami kenaikan menyerupai deret ukur bukan deret hitung. Bukan
hanya semakin bertambah, tetapi juga semakin cepat bertambahnya. Dari 1,7
milyar, jumlah penduduk dunia melonjak menjadi 2 milyar pada tahun 1930. Dengan
semakin berkembangya teknologi kesehatan, angka harapan hidup juga semakin
bertambah baik. Itu terbukti dengan meningkatnya jumlah penduduk tua yang masih
hidup dibandingkan dengan waktu sebelum ditemukannya teknologi kesehatan yang
semakin membaik. Jumlah penduduk dunia pada tahun 1950 naik lagi menjadi 2,5
milyar. Tetapi peningkatan mutu pelayanan kesehatan tidak dibarengi dengan
dipikirkannya masalah kelahiran. Jadi angka kelahiran tetap saja tinggi dengan
angka kematian yang semakin turun. Akibat nyata dari hal tersebut adalah jumlah
penduduk yang semakin banyak.
Lonjakan jumlah penduduk
cukup berarti pada tahun 1999 yaitu menjadi
6 milyar. Selang satu tahun saja yaitu pada tahun 2000 jumlah penduduk
sudah bertambah sebesar 55 juta jiwa. Higga saat ini penduduk dunia sudah
sekitar 7 milyar jiwa. Upaya untuk menngotnrol atau menekan angka kelahiran
sudah dilakukan sejak beberapa puluh tahun lalu. Antara lain dengan program KB
yang dilakukan di Indonesia. Bukan hanya di Indonesia program semacam ini juga
dilakukan di berbagai negara lain. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain
dengan penggunaan alat kontrasepsi. Upaya lain adalah dengan berubahnya gaya
hidup orang yang semakin berubah ke arah modern, pada gaya hidup ini orang
lebih mementigkan karir ketimbang menikah dan memiliki anak. Sehingga banyak
pemuda-pemudi yang menikah pada usia lumaya tua. Biasanya hal seperti ini terjadi
di negara maju, sedangkan untuk negara berkembang atau negara miskin masih
banyak adat yang membuat mereka memiliki anak banyak. Itu mungkin disebabkan
karena tidak adanya lapangan pekerjaan yang memadai untuk ibu-ibu rumah tangga dan juga karena
adanya paham bahwa jika banyak anak maka semkin banyak kesempatan untuk
menggantikan tenaga kerja orang tuanya. Akibat dari hal-hal ini adalah berhasil
ditekannya angka kelahiran. Hal ini bisa disadari sebagai fenomena transisi
demografi pada tahap kedua.
Objek penelitian para demografer meneliti transisi demografi
sama, yaitu fenomena pertumbuhan penduduk dari masa ke masa. Beberapa
demografer adalah sebagai berikut
1. Notestein (1945-1953)
Notestein berpendapat bahwa walaupun
faktor utama dari pertumbuhan penduduk adalah kelahiran, kematian, dan
perpindahan penduduk, hanya kelahiran dan kematian yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk. Jadi konsep transisi demografi hanya memandang pengaruh
dari faktor alamiah kelahiran dan kematian. Fertilitas yang tinggi diperlukan untuk
mempertahankan keluarga.
Transisi demografi bergerak dari suatu kondisi stabil dengan laju pertumbuhan
penduduk nok ke kondisi stabil lainya, yaitu setelah melalui beberapa tahap.
2. Caldwell (1976)
Caldwell berpendapat bahwa tingginya
kelahiran tidak berpengaruh pada kematian, tidak juga berpegaruh pada adat
istiadat, tetapi semata-mata karea pergeseran keutungan ekonomi. Jadi yang
mempengaruhi transisi demografi adalah karena pergeseran sistem ekonomi yang berlaku,
sebagai contoh karena sistem ekonomi menjadi modern maka keinginan untuk
memiliki anak banyak akan terkurangi dan lebih memilih untuk konsenterasi pada
karir pekerjaan. Hal itu dapat dilihat pada perbedaan sistem keluarga di negara
berkembang dan negara maju. Pada negara berkembang, jumlah anak itu sedikit dan
usia produktif banyak sedangakan pada negara berkembang jumlah anak banyak
dengan pelayanan kesehatan tidak sebaik negara maju. Orang tua
memperoleh keuntunungan ekonomis dari anak-anaknya dan penurunan fertilitas
hanya akan terjadi ketika aliran kekayaan dari anak ke orang tua dibalik
menjadi dari orang tua ke anak.
3. Blacker (1947)
Blacker berpendapat bahwa transisi
demografi terbagi menjadi 5 tahap, yaitu:
a. High stationary
b. Early expanding
c. Late expanding
d. Low stationary
e. Declining
4. Coale (1976-1989)
Pendapat
Coale adalah perubahan spesifik terhadap perilaku reproduktivitas penduduk yang
terjadi pada tranformasi penduduk tradisional menjadi modern.
5. Teitelbum
Dia berpendapat bahwa angka kematian
menurun lebih cepat disaat angka kelahiran masih tetap tinggi. Itu karena angka
kematian lebih berhubungan erat dengan sosial ekonomi.
Berikut dijelaskan
transisi demografi yang dijelaskan oleh Blacker
yang membagi transisi demografi menjadi 5 tahapan. Secara grafik dapat
digambarkan sebagai berikut
1. Tahap 1 High stationary
Pada tahap ini angka kelahiran dan kematian sangat tinggi.
Hal yang menyebabkan adalah karen pola hidup yang masih sederhana, belum
ditemukannya obat-obatan dan alat-alat medis yang canggih. Wabah penyakit tidak
dapat kdikendalikan seperti angka kematian dan kelahiran yang juga tidak
terkendali tiap tahunya. Jadi pertumbuhan penduduk lambat dikarenakan angka
kematian hampir sama dengan angka kelahiran. Contoh dari tahap ini adalah Eropa
pada abad 14.
2. Tahap 2 Early Expanding
Jumlah penduduk naik dengan pesat karena angka kelahiran
masih saja tetap tinggi karena masih ada pandangan bahwa semakin banyak anak
maka akan semakin banyak keuntungan yang didapat. Tingginya angka kelahiran
dibarengi dengan dilaksanakannya revolusi industri yang menemukan obat-obatan
dan alat-alat medis yang sudah lebih canggih sehingga berhasil menekan angka
kematian. Pada awalnya, obat-obatan seperti penicili diciptakan untuk keperluan
perang, tetapi selanjutnya dikonsumsi untuk umum. Dengan ditemukanya
obat-obatan modern, dan pelayanan kesehatan yang lebih baik, maka angka harapan
hidup pun meningkat. Hasilnya, jumlah penduduk dunia naik pesat. Contoh pada
tahap ini adalah India sebelum perang dunia 2, dan Indonesia pada tahun 1980an
angka pertumbuhan sebesar 2,32% per tahun.
3. Tahap 3 Late Expanding
Pada tahap ini angka kelahiran sudah berhasil ditekan dengan
ditemukannya alat kontrasepsi yang berhasil menekan angka kelahiran. Sementara
itu, angka kematian menunjukkan penurunan yang lebih signifikan dikarenakan pelayanan
medis sudah lebih bagus dan sistem ekonomi juga menunjukkan kondisi yang lebih
baik. Dengan demikian gaya hidup manusia juga sedikit berubah menjadi manusia
modern. Industri membaik dan banyak tenaga kerja terserap, sehingga angka
kelahiran berhasil ditekan. Contoh dari tahap ini adalah India sesudah perang
dunia 2.
4. Tahap 4 Low Stationary
Angka kelahiran semakin bisa ditekan hasilnya angka kelahiran
pada tahap ini berada pada angka yang rendah. Begitu juga dengan angka kematian
yang sudah lebih dahulu berhasil ditekan sebelumnya. Selisih antara keduanya tidak
begitu jauh yaitu pada angka yang relativ rendah. Contoh : Australia, Selandia Baru, Amerika pada
tahun 1930.
5. Tahap 5 Declining
Pada tahap ini terjadi kebalikan yaitu angka kematian malah lebih tinggi
daripada angka kelahiran. Hal ini bisa terjadi karena semakin berhasil
ditekannya angka kelahiran dengan alat kontrasepsi ataupun karena gaya hidup
masyarakat terkait memang sudah berubah. Contoh Jerman tahun 1975.
Transisi demografi
sebenarnya menganalisis dan kemudian mengeneralisir gejala-gejala yang terjadi
pada pertumbuhan penduduk masyarakat dunia per wilayah mereka tinggal, walaupu
pada akhirnya juga ditemukan bahwa sebenanya tidak tepat juga teori itu
digeneralisir di detiap wilayah. Ada wilayah atau negara atau suatu peradaban yang
jika dikatakan itu melenceng dari teori yang telah dikemukakan. Pada umumnya
teori transisi demografi menjelaskan perubahan kehidupan masyarakat dari
agraris menjadi industrial. Tetapi pada kenyataanya ada negara yang sudah bisa
menekan angka kelahiran walaupun proses industrialisasi masih dalam proses
awal. Fenomena ini dapat ditemui di negara-negara di Eropa timur yang masih
menjalankan sistem agraris. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa tidak hanya
proses menuju industrialisasi yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk tetapi
juga kesamaan budaya dan kultur bahasa. Negara-negara di Eropa Timur dekat
sekali dengan negara-negara Eropa yang sudah lebih awal beralih ke industri
sebagai sektor utamanya dan sudah berhasil menekan angka kelahiran.
Faktor lain yang
menyebabkan teori transisi demografi tidak dapat digeneralisir secara global
adalah bahwa pembangunan dan kesejahteraan masing-masing wilayah itu berbeda. Itu
menyebabkan kebudayaan dan proses sosialisasi atau gaya hidup berbeda.
Contohnya saja pada negara berkembang atau negara miskin masih menganut banyak
anak banyak rejeki, dan pada saat yang sama pada negara maju gaya hidup sudah
lebih maju.
Proses transisi demografi
juga tidak menunjukkan kecepatan yang sama antara negara maju dan negara berkembang.
Di inggris proses transisi demografi memerlukan waktu antara 200 tahun,
sedangkan di Indonesia hanya perlu waktu sekitar 30 tahun.
Pada intiya teori
transisi demografi dapat digeneralisir di setiap negara itu tidak benar tetapi
kenyataan bahwa setiap negara melalui tahapan-tahapan transisi demografi itu
benar adanya, tetapi dengan keadaan dan kondisi yang berbeda sesuai adat,
budaya, dan keadaan negara tersebut.
Transisi demografi yang terjadi di Indonesia terjadi sama seperti pada
teori yang disepakati. Hanya saja pada tahap tertentu ada sedikit perbedaan
dalam proses pertumbuhan penduduknya. Mungkin Indonesia juga termasuk yang tadi
disebutkan sebagai Negara dengan proses transisi demografi berbeda, yaitu
Indonesia mengalami penurunan angka kelahiran sebelum Indonesia menjalani
proses industrialisasi. Seperti kita tahu Indonesia adalah Negara agraris jadi
sampai saat ini Indonesia masih menjadi Negara agraris. Penurunan angka
kelahiran Indonesia dilakukan dengan cara menjalankan program KB atau keluarga
berencana. Dalam menjalankan program KB digalakkan juga pemakaian alat
kontrasepsi sehingga angka kelahiran bisa ditekan. Indonesia adalah Negara
dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia. Dengan luas wilayah yang
seperti ini, semakin terlihat jelas bahwa Indonesia adalah masih menjadi Negara
berkembang. Biasanya cirri-ciri Negara berkembang adalah memiliki penduduk yang
masih mempunyai anak banyak. Seperti kita tahu, masyarakat jawa pada beberapa
generasi lalu adalah masyarakat dengan jumlah anak yang bisa dibilang banyak.
Jumlah anak 10 atau lebih itu menjadi lumrah. Itu menunjukkan bahwa masyarakat
Indonesia masih belum mempunyai kebudayaan atau gaya hidup sebagai masyarakat
modern. Jadi menurut saya Indonesia masih menjalani proses menuju kondisi yang
stabil sesuai alur yang disepakati di teori transisi domografi. Semakin
berkembangnya jaman kebiasaan memiliki anak banyak juga sudah mulai
ditinggalkan, proses industrialisasi sudah semakin membaik, dan angka kelahiran
sudah cukup berhasil ditekan. Tidak khayal, beberapa waktu yang akan datang
Indonesia akan mencapai keadaan yang stabil dan menyelesaikan transisi
demografi.
Beberapa hal yang menghalangi Indonesia dalam menyelesaikan trasnsisi
demografinya adalah sebagai berikut:
1.
Tidak meratanya pembangunan di
Indonesia sehingga jurang pemisah semakin jelas. Seperti kita tahu, di
Indonesia masih ada masyarakat primitive dengan gaya hidup yang masih sangat
sederhana, sedangakan di sisi lain pembangunan dan proses industrialisasi terus
berkembang.
2.
Pendidikan Indonesia masih perlu
ditngkatkan dan diratakan. Salah satu faktor penentu pertumbuhan penduduk
adalah pendidikan wanita. Pendidikan masyarakat yang tinggi juga akan
merangsang pemikiran masyarakat untuk mempunyai gaya hidup modern.
3.
Indonesia adalah Negara agraris.
Mungkin ini salah satu penyebab sulitnya Indonesia berubah menjadi Negara
industri karena sebagian masyarakat Indonesia adalah petani.
Mengenai Saya
- Lukman Khakim
- jakarta, jakarta, Indonesia
- saya bukan tukang parkir. sumpah bang saya bukan tukang parkir, sehingga saya tidak pandai memparkir hati seseorang dan meletakannya di tempat yang benar.
:))
BalasHapussan punyamu diposting san
Hapus