Posted by : Lukman Khakim
Kamis, 18 April 2013
(episode 4 epilog)
Alhamdulillah semua
acara melelahkan seperti pencarian sponsor, penyewaan gedung sekolah,
sosialisasi, pengumpulan uang peserta TO, pencarian peserta, penyetakan soal,
dan lari keliling alun-alun sambil bawa kursi masing-masing dan mendribel bola
pimpong pake kaki (namanya juga kegiatan melelahkan) telah selesai. Dan yang
paling penting acara inti TO NAS USM STIS cabang IKMKK bagian Kabupaten Kebumen
telah berhasil dilaksanakan. Saya hanya ingin berbagi cerita bukan untuk
dijadikan sebuah bahan bacaan tetapi lebih ke proses perekakman kejadian yang
telah sama-sama kita laksanakan. Suatu saat mungkin kita ingin sedikit
mengenang saat-saat melelahkan tapi asyik ketika kita melaksanakan sosialisasi
dan Try Out di kampung halaman. Suatu saat mungkin kau akan tersenyum mengenag
betapa alaynya kita saat ini. Atau suatu saat kita butuh mereview
kejadian-kejadian atau kegagalan-kegagalan di masa lampau untuk terus melakukan
perbaikan di kegiatan-kegiatan serupa di masa yang akan datang. Mungkin ini
tidak banyak membantu tetapi paling tidak diharapkan bisa membuka memori-memori
kita akan hal-hal alay di masa sekarang untuk sekedar dikenang atau bahkan
untuk dijadikan pelajaran di masa depan. Tentu bukan orang lain yang tahu apa
yang kita rasakan tetapi kita sendirilah yang tahu persis apa yang kita rasakan
saat ini. Jadi, kita hanya butuh sedikit stimulus untuk kita bisa mengenang
hal-hal yang telah kita lalui. Semoga ini bisa jadi stimulus bagi kita, dan
kemudian kita sendirilah yang akan merangkai memori-memori menjadi sebuah
cerita yang pantas untuk dikenang bersama-sama dengan tawa dan senyum manis
terlukis di wajah kita masing-masing.
***
Totalnya kami telah melaksanakan sosialisasi di 9 SMA
di kebumen. Sebenarnya ada 12 SMA yang kami datangi tetapi 3 di antaranya menolak
untuk dilaksanakannya sosialisasi di sekolah mereka, alasanya sama, “ maaf mas,
jadwal untuk kelas 12 udah padat banget. Jadi udah gak bisa ada sosialisasi di
sini. Takutnya waktu mereka untuk belajar terganggu. Kan UN udah deket banget.”
memang sih, 45-60 menit itu sangat berharga banget bagi orang yang lagi
belajar. Untuk ndengerin mp3 yang baru didownload atau untuk tidur misalnya.
Saya sangat paham karena saya juga pernah merasakan euforia UN. Jadi tak apalah
kami tidak melaksanakan sosialisasi di 3 sekolah tersebut, toh masih ada 9 SMA
lainnya yang jika seluruh murid SMA IPA kelas 3 nya ikut TO NAS USM STIS di
Kebumen, jumlah mereka juga sudah cukup bisa membuat panitia kewalahan. Iya,
memang ekspektasi kita pada jumlah peserta itu tinggi. Tinggi, tinggi sekali.
Bahkan saya sudah memprediksi bahwa ketika setiap selesai sosialisasi dan
keluar dari ruang kelas mereka, di belakang kami ada puluhan bahkan ratusan
siswa SMA mengejar-ngejar kita berebutan untuk mendaftar ikutan TO. Awalnya
mereka hanya lari-lari kecil sambil memanggil “kak, mau daftar” . Tetapi sesaat
kemudian pelari pendaftar tersebut bertambah jumlah. Bertambah terus, dan
bertambah terus. Sadar jalan mereka terhalangi oleh calon peserta lain, mereka
pun saling menyikut untuk menyingkirkan lawan. Kami pun mempercepat langkah
untuk menyelamatkan diri. Mereka semakin ganas. Ketika saya melihat ke
belakang, ada beberapa siswa yang sudah tergeletak tak berdaya tersingkirkan
oleh calon peserta lain tersikut-sikut penuh luka tusuk. Beberapa saat
kemudian, polisi datang mengamankan situasi. Sungguh, ekspektasi yang sangat
mulia. Saya tersenyum ketakutan membayangkan hal tersebut. Saya juga
memprediksikan kami akan kewalahan mengurusi percetakan soal di hari H karena
saking banyaknya pendaftar on the spot yang datang. Bukan bermaksud apa-apa,
saya hanya berfikir optimis. Tapi kenyataan berkata lain. Tidak ada
kejar-kejaran seperti yang saya bayangkan. Boro-boro untuk berebutan, bahkan
ada beberapa sekolah yang sampai hari H tidak ada yang mendaftar. Total seluruh
peserta hanya sekitar 60an, dan ada 1 tiket on the spot yang terjual. Iya,
hanya satu. Tetapi saya sangat maklum dengan keadaan tersebut. Mingkin memang
hanya sedikit dari mereka yang minat masuk STIS. Penyebab lain adalah TO
dilakasanakan satu hari sebelum anak kelas 12 di Kebumen melaksanakan Ujian
Akhir Sekolah. Jadi pantas-pantas saja banyak yang malas ikut TO, lebih baik
waktu digunakan untuk belajar. Menyelesaikan membaca LKS-LKS yang belum selesai
dibaca. Hal yang perlu diperhatikan jika ingin melaksanakan hal semacam ini di
kemudian hari adalah wajib melakukan singkronisasi dengan jadwal anak SMA yang
bersangkutan. Dari yang awalnya optimis, di kemudian hari saya menjadi pesimis.
Pesimis karena tidak menutup kemungkinan bahwa nantinya kami harus iuran
sejumlah uang untu menutup defisit keuangan yang dialami. Wailaa, TID aja baru
keluar udah harus dikeluarkan lagi. Tetapi kami bersyukur karena ada beberapa
sponsor yang mau bekerja sama dengan acara kami. Hal yang perlu diperhatikan lagi
masalah sponsorship adalah harus dipersiapkan secara benar-benar matang untuk
masalah ini. Jika perlu harus dilakukan koreksi ulang beberapa kali untuk hal
seperti proposal atau sebagainya. Itu bisa dilakukan jika kami sudah begerak
dari jauh-jauh hari sebelum pelaksanan. Kegiatan yang dilakukan pada pencarian
sponsor adalah menawarkan kerja sama dengan pihak lain. Jadi harus bener-bener
maksimal untuk mendapatkannya, karena ini melibatkan beberapa pihak di luar
kita.
Hari H pun datang, panitia sudah bersiap dari pagi
untuk mempersiapkan semuanya.
Dari seluruh peserta yang mendaftar ada dua
diantaranya yang berasal dari Cilacap. Saya salut dengan keduanya yang rela
jauh-jauh ke Kebumen untuk ikutan TO, saya tidak yakin jika itu dulu terjadi
pada saya saya akan ikut TO. Asal mereka paling jauh diantara yang lain, tetapi
datangnya mereka paling awal dari yang lain. Mungkin dari pagi-pagi hari sekali
mereka sudah bangun mempersiapkan semuanya. Luar biasa. Walaupun dengan jumlah
peserta yang sedikit, tetapi saya yakin itu tidak mematahkan semangat mereka
untuk mengerjakan soal TO yang akan diberikan. Kedatangan mereka adalah
indikator dari persiapan mereka pada Ujian Sekolah dan Ujian Nasional. Saya
tidak mengatakan bahwa mereka yang tidak datang adalah belum siap, tetapi saya
mengatakan mereka yang datang mungkin saja karena mereka sudah siap untuk Ujian
Sekolah pagi hari berikutnya dan tidak takut akan hilangnya waktu karena
mengikuti TO. Acara dimulai dengan daftar ulang peserta yaitu dengan menukarkan
kwitansi pembayaran mereka dengan pin hasil karya Cahyo sebagai
kenang-kenangan. Daftar ulang dimulai pukul 7.15 dan diakhiri pada pukul 8.00.
Karena jumlah peserta tidak terlalu banyak, kamipun tidak kewalahan
melaksanakanya. Mr.Yapong dan teman-teman panitia pun tidak kewalahan mengurusi
masalah parkir-memarkir. Peserta dengan senyum ucapan selamat pagipun dengan
antrian rapi mengisi lembar daftar ulang. Pukul 8.05 Dwi, petugas pemencet bel
baru membunyikan belnya. Seluruh pesertapun memasuki ruangan. Mas Jupe membacakan
aturan pelaksanaa test lewat mikrofon di ruang guru yang tersambung ke setiap
kelas agar terkesan seperti ini USM sesungguhnya. Pembacaan aturan pelaksanaan
test selesai, peserta mulai mengerjakan soal Matematika. Sementara itu terlihat
sekumpulan peseta baru datang setelah bel dimulainya pengerjaan soal
dibunyikan. Saya yakin mereka itu telatan kalau berangkat sekolah seperti saya.
Selama pengerjaan soal berlangsung, saya dan beberapa
teman saya yang tidak kebagian tugas mengawasi ruangan test berkeliling ruangan
test untuk hunting foto yang rencananya nantinya akan ditampilkan di akhir
acara. Kami menangkap beberapa face bingung, semangat, optimis, santai, pasrah,
saat peserta mengerjakan soal. dalam hati saya berkata “ enak juga ya jadi
pengawas ujian, melihat berbagai macam ekspresi menghadapi soal yang sama.”
Beberapa di antaranya mengeluarkan ekspresi dan pose yang mengundang tawa.
Dengan tidak menimbulkan banyak suara karena takut mengganggu konsenterasi
mereka, saya mengabadikan ekspresi mereka dengan sebuah kamera digital di
tangan.
Pojok kiri atas, cowok berbaju batik terlihat santai
mengerjakan soal TO. “ soalnya gini doang? Gampang banget. “ Cowok berjaket
biru yang mirip sama Lukman NOAH terlihat sangat optimis sekali dan yakin akan
menjadi juara nasional. “ Gue emang genius, gue pasti bisa melahap seluruh
soal-soal ini!!huahaha..” beberapa saat kemudian kertas teks soalnya
bener-bener dilahap habis sama dia. “Soal apaan nih, gue makan sekalian nih
soal. laper”. Cowok gempal berjaket hitam terlihat awalnya menatap soal dengan
optimis. Tetapi bebarapa saat kemudian dia meletakkan kepalanya di meja
beralaskan tanganya. ( kanan ). Mungkin dia sedang berkata “ Ya tuhan,
ampunilah hambamu ini. Cobaan apa lagi yang Engkau berikan? Emak, maafkan anakmu
ini.” (jaket hitam dari Cilacap : peace, ini Cuma bercanda). Sementara itu,
Arissandi, smansa, bawah cowok jaket hitam terlihat melatakkan kedua tangannya
di kepala. Karena dulu saya satu kos sama dia, saya tahu apa yang dia pikirkan.
“ waduh, jemurankuuuu..tolong Ya Alloh..”. Hal tersebut juga dilakukan oleh
Dito, berkacamata pake jam tangan, walaupun hanya satu tangan yang dia letakkan
di kepala. Mungkin dia juga sedang kepikiran tentang jemurannya di rumah. Cowok
berkacamata di bawah gambar dito, terlihat sedang menghisap-hisap pensilnya.
Mungkin saking seriusnya, dia sampai lupa yang mana pensil, yang mana sedotan
teh kotak sosro. Samping kiri arissandi, anak smansa ini terlihat sedang
menggerakkan badanya ke kiri. Mungkin dia sedang meregangkan badanya setelah
capek bergelut dengan soal. memang bung, soalnya butuh usaha keras untuk
mengerjakan soalnya. Pojok kiri bawah, cewek berkerudung putih malah terlihat
bete ngerjain soalnya, mungkin terlalu mudah buat dia. Sementara itu, Wildan,
anaknya Pak Wahyu, terlihat dengan santainya mengerjakan soal dengan tanpa alas
kaki. Mungkin dia ingin menujukkan kalau telapak kakinya itu seksi. “Im sexy
and I know it”.
Acara pengerjaan soalpun selesai, seluruh peserta
digiring menuju aula yang sudah dipersiapkan untuk mengikuti acara pembahasan
atau sekedar sharring untuk refresshing. Ruangan aula terlihat terlalu besar
untuk jumlah peserta sedikit ini. Kursi-kursi plastik ditata rapi menyambut
kedatangan mereka. Ada sebuah papan tulis putih dan seperangkat viewer di depan
aula. Papan tulis digunakan untuk pembahasan soal yang ditanyakan, dan viewer
digunakan untuk menampilkan foto-foto mereka. Mereka tertawa lebar melihat
ekspresi-ekspresi lucu mereka sendiri. Bahkan mungkin mereka ada yang berkata “
tidaaak, itu bukan saya, sumpah!.” Acara yang awalnya direncanakan untuk
pembahasan soal yang ditanyakan, berubah menjadi acara sharring dan tanya jawab
seputar STIS karena hanya ada satu peserta yang menanyakan soal. (Syukron
Nursalim, SMANSA). Acara banyak diisi oleh Mba Ratna, tingkat 4. Mbanya memang
cocok untuk mengisi acara semacam ini karena sudah lebih banyak makan asam
garam dibandingkan kami. ( asam garam : asam dicampur sama garam terus dimakan,
meringis. Hiii ). Acara selesai pukul 1.00 siang, pesertapu pulang ke rumah
masing-masing. Entah sampai sekarang sudah sampai rumah atau belum saya tidak
tahu karena mereka tidak pernah melaporkannya kepada kami.
Kami, panitia tetap tinggal di tempat untuk langsung
mengentri jawaban adek-adek peserta. Jadi, sore itu hasil dan rangking mereka
tingkat Kabupaten sudah didapatkan. Tetapi kami putuskan untuk tidak mempublish
hal tersebut terlebih dahulu dan menunggu pengumuman skala nasioanal diumumkan.
Alasan kami cukup simpel, biar greget.
Sore pun datang, capek pun tidak ikut ketinggalan,
ikut datang bersama selesainya tugas-tugas kami. Tugas kami selesai. Saya
berdoa dalam hati, semoga capeknya kami tidak sia-sia, walaupun tidak dapat
apa-apa dari acara ini, tetapi semoga mereka, peserta, dapat hadiah yang
sebenarnya lebih berharga dari hadiah utama TO NAS: pengalaman. Sehingga
nantinya ketika mereka ada yang mengikuti USM yang sesungguhnya, bisa dengan
lancar mengerjakannya, dan deterima di STIS bergabung bersama kami di Jakarta.
Waktu semakin sore, kami pulang ke rumah masing-masing.
Mengenai Saya
- Lukman Khakim
- jakarta, jakarta, Indonesia
- saya bukan tukang parkir. sumpah bang saya bukan tukang parkir, sehingga saya tidak pandai memparkir hati seseorang dan meletakannya di tempat yang benar.