detik yang berlalu, malam yang semakin pekat, udara yang mengikat, waktu yang mengejar, mengejarmu tanpa jeda, tanpa aba-aba, tanpa suara.
kau tak sadar, waktumu sudah habis. kau tak tahu, tak ada oksigen di depan sana. kau tak paham, betapa waktu terus mengejarmu, tanpa ampun, tanpa santun.
tumpukan kertas, tetes air hujan, senar tua di gitar hitam itu, pot-pot bunga yang sepi, mereka tak peduli dengan duniamu. mengapa masih saja kau minta mereka menemanimu.
kau hanya sendiri, percayalah, kosong, sepi, dingin, dan tanpa henti
kau hanya aku yang menemani, dirimu yang lain
jangan percaya pada angin, dia menipu.
jangan percaya pada perasaan, dia buta.
jangan percaya pada dia, dia tidak semanis senyumnya
jangan percaya pada hitam, dia terlalu busuk untuk kesucianmu
jangan percaya pada putih, dia terlalu suci untuk kebusukanmu
percaya saja padaku, dirimu yang lain, yang tak pernah mengejarmu tanpa ampun
kau tak sadar, waktumu sudah habis. kau tak tahu, tak ada oksigen di depan sana. kau tak paham, betapa waktu terus mengejarmu, tanpa ampun, tanpa santun.
tumpukan kertas, tetes air hujan, senar tua di gitar hitam itu, pot-pot bunga yang sepi, mereka tak peduli dengan duniamu. mengapa masih saja kau minta mereka menemanimu.
kau hanya sendiri, percayalah, kosong, sepi, dingin, dan tanpa henti
kau hanya aku yang menemani, dirimu yang lain
jangan percaya pada angin, dia menipu.
jangan percaya pada perasaan, dia buta.
jangan percaya pada dia, dia tidak semanis senyumnya
jangan percaya pada hitam, dia terlalu busuk untuk kesucianmu
jangan percaya pada putih, dia terlalu suci untuk kebusukanmu
percaya saja padaku, dirimu yang lain, yang tak pernah mengejarmu tanpa ampun
Bagaimana jika sebenarnya apa yang aku ketahui tentang
kebenaran itu salah?
Bagaimana jika sebenarnya selama mereka bohong kepadaku
tentang kebenaran itu?
Bagaimana jika sebenarnya kebenaran itu memang tak pernah
ada, mereka tidak berbohong, tetapi mereka hanya menjadi korban kebohongan dari
rantai kebohongan yang sedang meneruskan itu kepadaku?
Atau, bagaimana jika kebenaran itu memang ada, tapi aku
terlanjur terlahir di lingkungan yang terlanjur mempercayai kebohongan yang
diturunkan turun-menurun?
Bagaimana jika mereka semua sebenarnya tidak nyata, hanya
bayangan dan kita sendirilah satu-satunya yang nyata, yang sialnya terjebak di
antara ketidaknyataan itu?
Bagaimana jika sebenarnya aku hanya korban dari sebuah
konstitusi besar yang dicekoki dengan cerita provokatif buatan suatu organisasi
tertentu yang mengarah pada pencapaian keinginan mereka pada kekuasaan?
Bagaimana jika sebenarnya aku sendiri yang tidak nyata, yang
terjebak di dunia kenyataan dengan tidak dibekali dengan akal pikiran yang seperti
mereka, siapa yang tau, aku hanya melihat mereka dengan akal pikiranku, mereka
hanya melihatku dengan akal pikiran mereka, siapa yang tau jika dimensi kita
itu berbeda?
Seberapa yakinkah aku, seberapa yakinkah aku
Dan,,, cukup, jika diteruskan, maka tidak akan berhenti pada
sebuah kesimpulan yang menurut otak miskin ini logis, tidak akan cukup
kapasitasnya menampung jawaban pertanyaan yang bahkan mungkin jawabanyya hanya
TUhan yang tahu.
Cukup, mungkin, sekarang aku hanya butuh percaya dengan
mereka, yang lebih tau daripada aku, persetan dengan konspirasi yang bahkan tak
aku mengerti dimana sumbernya.
Cukup, aku hanya butuh yakin, bahwa tidak harus yakin untuk
merasa yakin akan sesuatu.
Cukup, aku hanya butuh yakin, bahwa Tuhan masih akan tetap
ada.
Aku yakin, aku tak akan mengerti semuanya. Cukup jadi yang
sekarang, dan mengalir seperti air, biarkan konspirasi jahat membibingku, yang
sebenarnya itu hal yang baik. Hanya saja belum cukup kemampuanku untuk
melihatnya.
Jahat bisa berarti baik, baik bisa berarti sebaliknya.
Siapa yang tahu.
kalimat itu singkat tapi bisa saja bermakna lebih dari apa yang terlihat, seperti senyum yang bisa saja bermakna lebih dari apa yang terlihat. Kadang, bahasa seperti itulah yang justru lebih mudah ditangkap dan "ngena" di hati yang memberi, atau yang diberi. Tapi terkadang juga, terlalu singkat justru menimbulkan makna ambigu yang mungkin saja diartikan sebaliknya oleh orang yang kita beri sesuatu itu. Ternyata, untuk memberikan pesan berjuta makna dalam sebuah ekspresi super singkat seperti itu butuh yang namanya perasaan, perasaan untuk mengerti apa yang sebenarnya akan disampaikan dan apa yang sebenarnya akan diterima. Singkat kata, sebuah makna yang tersirat takkan terbaca sebagaimana mestinya jika orang yang kita beri sesuatu itu tak memiliki apa yang kita harapkan miliki. Contohnya sih simple, lihat saja percakapan kita dengan, mungkin sahabat atau orang-orang terdekat kita.
Pagi ini, akan kusampaikan ini, mungkin saja ngena, mungkin saja tidak,
"selamat pagi", semoga kau mengerti.
Pagi ini, akan kusampaikan ini, mungkin saja ngena, mungkin saja tidak,
"selamat pagi", semoga kau mengerti.
Lukman
Khakim
One day, I and my classmates in STIS had just
finished having lunch in a warteg near
the campus and walked a long the Otto Iskandar Dinata street toward our campus.
We saw a group of students in our way to campus. They were senior high school
students. We knew from the uniform they wear. We walked beside them and I saw
some of them carrying some weapon. I knew that they were going to do a student
brawls.
“53….53….” one of them screamed
Then, from the opposite direction I saw a Metromini
53 going toward us. I thought they screamed because the bus they
wait had come, but my perception is wrong. Suddenly, the bus stopped, a student
from different school got out from the bus bringing a sickle in his hand and
screamed some word that I didn’t know what the mean. Then, a group of student
got out from the bus follow him behind. I knew that the students from the bus
were the enemy of the students near us. A student brawls was happened in front
of us. We walked to the campus building fast to avoid the flying rocks from
them.
Before that time, I only see a student brawls in a
news program on TV. I myself almost don’t believe that the phenomenon is
actually happened because in my regency, student brawls is very seldom to
happen. I always curious to know why they do a student brawls, because I also a
student. Some people or some TV news reporter says the cause of student brawls.
Not only that, this phenomenon is also very often discussed in many forums. I
myself also have some argument about the cause of student brawls.
Some peoples say that students involved in the
student brawls are fool student. They also say the student are the student from
the bad and undisciplined school, the student from a broken family, the student
from the narcotic addict community, and the student from the poor family. I
don’t fully trust with that statement because from the news I have saw, the
school that are often involved to the student brawls is good school with good
reputation and good achievement. From the news also I know that the student
that involved in student brawls are not always come from poor and broken
family. They come from a rich family and harmonies family. From this, I can
conclude that some argument above is not fully proofed. Even, I believe that
the economic condition of their family is not influence with their student
brawls behaviour. Even though, in some condition the problem in family causes
their bad behaviour outside the house, like doing a student brawls. But, the
student brawls is done by a hundred or
thousand students, and it is impossible that all of their family is broken, and
also it is impossible that all of them are narcotic addict.
Criminal behaviour is learned. This means that criminal
behaviour is not inherited. Some professionals have learned this phenomenon and
conclude that the student brawls is link to psychological condition of the
students. The psychological condition is affected by the environment they most
attend. In this case, the environment is school. So, the school which is often
involved to the student brawls will always
be the school which always have student brawls case, because the student
is often interact with the student who is often involved in student brawls. The
student who study in school with the students who is often doing student brawls
will naturally learn what the student brawl are. Their mindset is built by
student brawls performer, so in their mindset student brawls is right to be
done. This is the mean that psychological condition affect their behaviour.
Student brawls performers have the higher solidarity
with their friend than the usual student. Because of high frequency of their
meeting, the solidarity is higher. In extreme condition, they prefer defend
their friend to follow the truth although their friend is wrong. This high
solidarity will easier to be seen when they have a problem with other group.
When one of their member is hit by other group, they will defend their friend
even if they have to fight with other group.
The other factor that cause the student brawls is
the lack of the law that set the student brawls problem. The student brawls
performer is only given some advice by the police if they are arrested when
doing student brawls. This condition build the mindset in other student that
doing student brawls is save from the police law. Because of this, the student
will think that the student who ever have problem with the police is cool, so
some student choose to follow their friend to do a student brawls.
The wrong perception in student brawls performer is
that the student brawls is a place to find their identity. They think the
student who have ever involved in student brawls will have a honour in their
community, and will be feared by other. This perception make some student
choose to follow their friend to do student brawls. They also think if they
don’t follow their friend they will be a loser in their school.
From some statements above, I can conclude that
actually student brawls is not caused by the condition in their home, but this
is caused by the interaction they do in their school. Student brawls is not
inherited but it is learned by the interaction with the student brawls
performer. So I suggest if you don’t want your child, your brother, and your
family involve in student brawls, don’t let them study in school that their
students are often involved in student brawls.
ceritanya, beberapa hari yang lalu Himada IKMKK ngadain plesir bareng ke pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu. Sebelumnya sih saya udah waah duluan mau pergi ke pulau lain, bayangannya itu mau ke kepulauan seribu yang diujung sana, bersama kapal menaklukkan ombak, diterjang badai menabrak karang, digulung ombak diterpa angin, dan akhirnya sampai di pulau disambut penduduk dengan adat mereka bak menyambut kesatria-kesatria penakluk lautan. Memang, itu ekspektasi yang terlalu tinggi karena pada akhirnya saya temukan kami menaiki kapal penyeberang dengan kecepatan tidak lebih dari citah berlari, #ya iyalah, oke, tidak lebih dari orang berlari, tak ada ombak menggulung-gulung, tak ada badai dan angin mengamuk-amuk, dan yang jelas, tak ada lautan di sepanjang mata memandang, karena kami masih bisa melihat pulau Jawa sebagai titik awal kami menyeberang, dan pulau Untung Jawa titk kami akan singgah. Ya, kami menyebrang ke pulau terdekat. Apapun itu, itu jalan-jalan yang memang waah, bukan karena kemewahan sarana dan prasarana, tapi karena kebersamaan yang membuat semua tampak mewah, dan mengesankan.
Singkat cerita, setelah sekitar setengah jam menyeberang, kami sampai di pulau. Lumayan bersih, indah, dan nyaman. Acara diawali dengan gathering di sebuah gedung yang sudah disewa oleh panitia, (salut untuk panitia). Berkumpul bersama teman-teman satu himada itu rasanya seperti acara kumpul keluarga saat lebaran. Himada memang satu-satunya keluarga yang menaungi kami di sini, teman-teman satu daerah, satu bahasa, berkumpul dalam satu wadah, IKMKK. Acara diisi dengan game, yang tentunya bisa membuat kami lebih saling mengenal. Di kampus, kami memang saling mengenal, saling tahu kalau sama-sama anggota himada, tapi untuk orang-orang tertentu di mata saya tidak lebih dari itu, hanya tahu kalau sama-sama satu himada, gak lebih. Dengan acara semacam ini, tentu diharapkan keakraban akan tercipta, terutaman buat saya agar lebih mengenal siapa keluarga-keluarga saya di jakarta, anggota himada.
Setelah Dhuhur, kegiatan kami lanjutkan dengan ber-banana boot ria, dan ber-snorkling di pantai pulau tersebut. Menjelang maghrib, kami balik menyebrang ke pulau Jawa. Acara kumpul himada semakin terasa menarik ketika jalanan berubah menjadi sangat macet saat kami pulang. Bersaman kopaja yang empuk, kami lalui bersama kemacetan itu. Tak kurang dari 5 jam perjalanan kami lalui, ngaret sekitar 3 jam dari waktu normal.
Capek, panas, kesel karena macet, lapar, tak terasa ketika kita merasa senang. Semoga kekeluargaan akan terus tercipta di IKMKK
Tepat di tanggal ini, 560 tahun yang lau seorang yang telah dijanjikan oleh Rosululloh SAW berhasil membebaskan dan menaklukkan kota dengan sistem pertahanan terbaik pada zamannya, Konstantinopel. Adalah Sultan Mehmed II bin Murad atau yang lebih dikenal dalam dunia islam sebagai Sultan Muhommad Al-Fatih sebagai penakluk kota tersebut. Beliau adalah sebaik-baik pemimpin, dan pasukannya adalah sebaik-baik pasukan, sesuai bisyarah yang telah dijanjikan Nabi Muhammad SAW kepada umatnya
Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-sehebat pemimpin adalah pemimpinnya, dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya. (HR.Ahmad)
Banyak sekali keteladanan yang bisa dikaji dari sikap pemimpin yang satu ini, salah satu pemimpin terbaik kaum muslim yang telah bisa membawa Islam ke dalam kejayaan. Tentu kejayaan di sini bukan berarti kejayaan yang penuh ketamakan dan perebutan kekuasaan atau hanya sekedar arena ajang koruptor unjuk gigi seperti di Indonesia saat ini, tetapi kejayaan dalam langkah jihad fi sabilillah, menegakkan agama Allah dan hidup untuk Allah, bukan untuk dunia. Kejayaan kaum muslim waktu itu adalah di bawah kesultanan Ustmaniyah, sebuah sistem khilafah yang hebat. Muhammad Al Fatih adalah sultan ke 7 dari kesultanan tersebut. Dari sultan pertama kesultanan tersebut, cita-cita sudah terpatri dalam benak mereka, merealisasikan janji Rosululloh untuk menaklukkan kota Konstantinopel. Dari sultan pertama hingga Sultan Muhammad Al-Fatih, cita-cita tersebut terus diperjuangkan, hingga akhirnya dengan seizin Allah SWT, kota tersebut berhasil ditaklukkan, pada 29 Mei 1453.
Pencapaian luar biasa tersebut bukan karena mereka memiliki armada perang yang paling canggih, bukan pula karena mereka mempunyai jumlah yang sangat besar, tetapi karena keimanan mereka dan keyakinan mereka akan Islam yang mereka peluk, jadi tak terbesit sekilaspun pada pikiran tentara-tentara terbaik sepanjang masa tersebut rasa takut mati di dalam perang, malahan justeru mereka merindukan kematian di medan perang, mati syahid memperjuangkan Islam di jalam Allah. Dan Mehmed Al-Fatih sendiri adalah sesosok pemimpin yang luar biasa, seorang yang taat beragama dan menjalankan pemerintahan sesuai syariat Islam, bahak beliau adalah orang yang tak pernah meninggalkan sholat rowatib dan tahajudnya sejak beliau remaja. Pendidikan pemerintahan dan kepemimpinan sudah ditanamkan kepada beliau sejak kecil, bahkan pada usia 6 tahun beliau suda dipasrahi jabatan sebagai gubernur Erdine. Sungguh pencapaian yang luar biasa.
Bukan semangat menghunuskan pedang ke musuh-musuh yang harus kita contoh sekarang, tetapi keimanan mereka dan ketaatan mereka pada agama yang mereka, kita yakini bersama-sama. Bukankah kita mengharapkan surga yang sama seperti yang mereka harapkan? Lantas, apa alasan kita untuk tidak beriman seperti yang mereka lakukan?
We could have had it all
Rolling in the deep
You had my heart inside your hand
And you played it to the beat
There's a fire starting in my heart
Reaching a fever pitch and it's bring me out the dark
Finally I can see you crystal clear
Go ahead and sell me out and I'll lay your ship bare
See how I'll leave, with every piece of you
Don't underestimate the things that I will do
The scars of your love remind me of us
They keep me thinking that we almost had it all
The scars of your love, they leave me breathless
I can't help feeling
We could have had it all
Rolling in the deep
You had my heart inside your hand
And you played it to the beat
Never mind
I'll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
"Don't forget me," I begged
"I'll remember," you said
"Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead."
Sometimes it lasts in love
But sometimes it hurts instead
I can't keep up with your turning tables
Under your thumb, I can't breathe
So I won't let you close enough to hurt me
No, I won't ask you, you to just desert me
I cant give you what you think you gave me
It's time to say goodbye to turning tables
There's a fire starting in my heart
We could have had it all
Rolling in the deep
You had my heart inside your hand
And you played it to the beat
We could have had it all (Never mind I'll find someone like you)
Rolling in the deep (I wish nothing but the best for you too)
You had my heart inside your hand (So I won't let you close enough to hurt me)
And you played it to the beat (No, I won't ask you, you to just desert me)
Mengenai Saya
- Lukman Khakim
- jakarta, jakarta, Indonesia
- saya bukan tukang parkir. sumpah bang saya bukan tukang parkir, sehingga saya tidak pandai memparkir hati seseorang dan meletakannya di tempat yang benar.